Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

The Boys in the Band (2020): Sinopsis, Review, Pemain, dan Trailer

The Boys in the Band adalah film drama asal Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 2020. Film ini mengisahkan tentang tantangan yang dihadapi oleh para pria gay di Kota New York, Amerika Serikat pada era tahun 60-an.

poster the boys in the band

Disutradarai oleh Joe Mantello, The Boys in the Band ini merupakan adaptasi dari pementasan Broadway tahun 1968 karya Mart Crowley bersama temannya Ned Martel.

Adaptasi terbaru ini dibintangi oleh para aktor kenamaan Hollywood seperti Jim Parsons, Zachary Quinto, Matt Bomer, Andrew Rannells, Charlie Carver, Robin de Jesús, Brian Hutchison, Michael Benjamin Washington, dan Tuc Watkins.

Rilis melalui platform Netflix pada 30 September 2020, film ini mendapatkan respon cukup positif dari penonton. Pada situs rotten tomatoes film adaptasi pementasan Broadway ini memperoleh nilai 81% critic score dan 80% audience score. Sedangkan pada situs IMDB film ini mendapatkan rating 6,8/10 dan skor 70 pada metacritic.

Melalui artikel ini kami akan membagikan informasi berupa sinopsis, review, pemarin, dan trailer dari film The Boys in the Band. Penasaran dengan film ini? 

Sinopsis The Boys in the Band

Michael (Jim Parsons) siang itu menerima telepon dari temannya, Donald (Matt Bomer), yang baru saja datang ke kota New York untuk menemui psikiater. Tapi psikiater yang ditemuinya malah sedang mengambil hari libur sehingga rencananya batal. Untuk itu dia menelpon Michael untuk memberitahu jika dia akan berkunjung. 

Kebetulan saat itu Michael sedang menyiapkan apartemennya untuk mengadakan pesta perayaan ulang tahun temannya yang lain, Harold (Zachary Quinto). Karena itu Michael juga meminta Donald untuk membantunya mempersiapkan pesta itu dan sekalian meramaikan. 

Namun pesta ini bukanlah pesta biasa. Pesta ini akan dihadiri oleh beberapa teman Michael lain yang mana mereka semua adalah sesama gay.

Jim parsons

Sore itu pun satu per satu teman Michael datang untuk menghadiri pesta ini. Rencana pesta Michael tampak berjalan dengan sempurna. Sampai teleponnya berdering. Panggilan telepon itu rupanya datang dari teman lamanya semasa kuliah, Alan (Brian Hutchison) yang ingin bertemu dengan Michael. Alan tampaknya sedang berada dalam masalah. Dia bahkan sampai menangis dalam telepon itu.

Tentu saja Michael mencoba menolak kunjungan Alan karena dirinya akan mengadakan pesta ulang tahun malam itu. Michael pun mencoba mengatur jadwal pertemuannya itu dengan Alan pada esok harinya jam satu siang.

Tapi yang terjadi, Alan malah datang saat Michael bersama teman sesama gaynya berpesta. Inilah akar mula masalahnya. 

Semasa kuliah Michael tidak pernah memberi tahu siapa pun bahwa dia adalah seorang gay, bahkan kepada teman baiknya, Alan, yang merupakan seorang pria normal heteroseksual. Jelas saja kedatangan Alan itu membuat Michael panik dan kebingungan.

Ulasan/Review

Warning! Ulasan ini mengandung spoiler!

Berlatar pada Kota New York tahun 1968, film ini memberikan gambaran tentang bagaimana kehidupan LGBT (khususnya homoseksual) pada masa itu. Dimana pada masa itu LGBT masih belum dapat diterima oleh masyarakat umum Amerika Serikat. Bahkan diceritakan Michael harus mengadakan pestanya secara sembunyi-sembunyi dan agak was-was apabila ada penggerebekan polisi. Makanya Michael jadi cemas dan panik dengan kedatangan teman lamanya semasa kuliah, Alan. Terlebih lagi Alan ini pria straight, jelas akan sulit bagi Alan untuk menerima bahwa teman lama nya rupanya adalah seorang gay. Beda banget sama sekarang yang mana LGBT sudah menjadi sesuatu yang umum dan diterima oleh khalayak ramai di belahan dunia barat.

Jenis komedi yang ditampilkan dalam film ini adalah tipe komedi dengan dialog-dialog panjang yang penuh sarkasme dan balasan savege dengan jokes seputar "being gay person". Jenis komedi ini jelas bukan untuk semua orang sih. Tapi saya pribadi suka dengan jokes dalam film ini. Dialog para karakternya yang terkesan ceplas ceplos dengan penuh sarkasme ini cukup menghibur dan mengundang tawa saya sebagai penonton.

Alan yang jadi tamu tak diundang pada pesta itu langsung membuat Michael kaget. Michael pun langsung menyuruh teman-teman gaynya untuk bertingkah "normal". Tapi yang terjadi malah sebaliknya, temannya malah terkesan mengompori dengan mempertontonkan tingkah gay mereka terang-terangan di depan Alan. 

jim parsons

Alan yang rupanya lumayan homophobic cukup kesal dengan tingkah teman Michael. Puncaknya, Alan melepaskan bogem mentah pada salah satu teman Michael, Emory. Pesta ulang tahun ini seketika jadi berantakan. Dari sini suasana film langsung berubah drastis. Dari yang awalnya penuh dengan komedi, berubah jadi lumayan tegang dan serius. Saya agak kaget dan gak menebak kalau filmnya bakal begini. Saya pikir awalnya film ini akan jadi film komedi yang berpusat tentang seseorang (si Alan) yang terjebak dalam pesta gay dan dikerjain abis-abisan sama teman-teman gaynya Michael. Tapi nyatanya film ini jauh dari tebakan saya.

Pertengkaran yang terjadi jelas langsung merusak suasana pesta. Setelah menenangkan dirinya, Alan segera pamit untuk pulang. Tapi Michael menahannya dan memaksa Alan untuk tetap tinggal bersama Michael dengan teman-teman gaynya.

Michael memaksa semua orang yang hadir di sana untuk berpartisipasi pada sebuah game telepon. Dimana pesertanya harus menelpon orang yang dicintainya dan mengungkapkan perasaannya. Pesertanya akan mendapatkan poin apabila berhasil mengungkapkan perasaannya melalui telepon.

Game ini membawa kita menuju babak baru dalam film. Satu per satu teman Michael bergabung dalam game dan mengungkapkan perasaannya dalam telepon. Tapi mereka harus menerima kenyataan pahit. Orang yang mereka cintai sejak lama telah memiliki keluarga dan kehidupan normalnya masing-masing yang jauh dari dunia LGBT. Mereka nyatanya memang tak punya kesempatan untuk menggapai orang yang mereka cintai.

Tibalah game ini pada giliran Alan. Michael memaksanya untuk menelpon orang yang dicintainya dan menyampaikan perasaannya. Di sini Michael rupanya menunjukkan niat aslinya. Michael membeberkan berbagai fakta mengejutkan soal teman dekat Alan yang diam-diam juga seorang gay, yang pernah mengaku tidur berdua dengan Alan. Tujuan Michael pun tampak dengan jelas. Dari awal dia sudah merancang permainan ini untuk memaksa Alan "coming out". Michael cukup yakin Alan sebenarnya adalah seorang gay namun tidak sadar akan hal itu.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Alan ternyata menelpon istrinya. Lagi-lagi saya kaget dengan plotnya yang tak bisa ditebak. Good job, plotnya keren. 

Malam itu pun berakhir dengan Alan yang pulang dan teman-teman Michael juga bubar. Michael akhirnya nyesal sendiri dengan kesok tahuannya.

Secara keseluruhan The Boys in the Band cukup menghibur untuk ditonton. Dialognya yang ceplas ceplos dengan penuh sarkasme jadi unsur utama komedinya. Plotnya juga gak bisa ditebak dan lumayan mengagetkan.

Para aktor dalam film ini bermain tanpa cela dan mampu memainkan karakternya dengan sempurna. Aktingnya sangat natural dan mengalir layaknya air. Hal ini tampaknya didorong oleh fakta bahwa para aktor dalam film memang gay beneran yah. Jadi berperan menjadi karakter gay bukanlah hal yang sulit tentunya bagi mereka. Berbeda dengan kebanyakan film yang pemeran karakter gay adalah pria straight. Pemilihan aktor gay untuk film ini jelas membuat kualitas aktingnya berada pada level berbeda dibandingkan dengan film sejenis.

Meskipun demikian, film ini jelas bukan untuk semua orang. Jenis komedi dengan dialog-dialog panjang dan penuh sarkasme mungkin akan sulit diterima sebagai jokes bagi beberapa orang. Dalam film ini juga ada beberapa kilasan adegan "anu" yang sebenarnya gak pengen saya lihat. Berhubung saya staright, jadi saya kurang menikmati bagian itu haha. Secara total, saya memberikan nilai 7/10 untuk film The Boys in the Band.

Trailer

Pemain/Pemeran

Jim Parsons sebagai Michael

Merupakan karakter protagonis utama dalam film. Dia adalah tuan rumah dari pesta untuk merayakan ulang tahun temannya Harold.

Zachary Quinto sebagai Harold

Seorang gay keturunan Yahudi yang saat itu sedang berulang tahun dan dirayakan dengan pesta oleh teman-temannya sesama gay.

Brian Hutchison sebagai Alan

Teman lama Michael semasa kuliah yang datang secara tiba-tiba pada pesta yang pesta perayaan ulang tahun itu.

Matt Bomer sebagai Donald

Teman dekat Michael yang jadi pria pertama yang datang dalam pesta itu.

Charlie Carver sebagai Cowboy

Merupakan pria yang disewa oleh Emory sebagai "hadiah ulang tahun" bagi Harold.

Robin de Jesus sebagai Emory

Pria kulit hitam dengan sifat paling "kemayu" diantara sosok lainnya dalam film.

Michael Benjamin Washington sebagai Bernard

Sosok pria kulit hitam elegan yang dekat dengan Emory.

Tuc Watkins sebagai Hank

Di antara semua orang yang hadir dalam pesta itu, Hank ada sosok yang paling tampak "gentleman". 

Andrew Rannells sebagai Larry

Tinggal serumah dengan Hank, dirinya merupakan sosok gay yang memiliki hubungan rumit dan sering berganti pasangan.

Post a Comment for "The Boys in the Band (2020): Sinopsis, Review, Pemain, dan Trailer"