Ringkasan Buku Sapiens: A Brief History of Humankind - Yuval Noah Harari
Dalam bukunya Sapiens: A Brief History of Humankind, Yuval Noah Harari menjelaskan bahwa sejarah manusia (Homo Sapiens) terbagi
dalam tiga revolusi besar: Revolusi Kognitif, Revolusi Agrikultur, dan Revolusi
Saintifik. Tiga tahapan revolusi inilah yang membawa sapiens dari binatang yang
tidak memiliki pengaruh,
sampai menjadi
pemuncak rantai makanan dan mengontrol dunia seperti saat ini.
Homo Sapiens adalah nama ilmiah yang digunakan untuk mengklasifikasikan manusia
modern. Ya, kamu
yang sedang membaca artikel ini termasuk ke dalam golongan Homo Sapiens.
Homo merujuk kepada genus manusia, sedangkan Sapiens merujuk pada nama spesies. Mungkin
kita berpikir bahwa kita adalah spesies manusia satu-satunya yang tinggal di
bumi. Saat sekarang ini memang benar bahwa kita adalah satu-satunya spesies
manusia yang masih hidup di bumi, tapi dulu tidaklah begitu.
Dahulu kala sekitar 2 juta tahun
yang lalu, manusia
sudah muncul di bumi.
Namun jenis manusia awal itu bukanlah Homo Sapiens. Jenis manusia pertama yang mendiami bumi dinamakan
Australopithecus. Mereka muncul dari Afrika dan menyebar ke wilayah Eropa dan
Asia. Wilayah-wilayah baru tersebut memiliki jenis iklim dan karakteristik yang
berbeda-beda. Perbedaan iklim dan karakteristik wilayah ini menyebabkan
manusia-manusia itu berevolusi menuju arah yang berbeda satu sama lainnya.
Di wilayah Eropa, manusia berevolusi menjadi
Homo Neanderthal (Manusia Lembah Neander) yang memiliki tubuh besar dan beradaptasi dengan baik pada
kondisi iklim yang dingin. Di wilayah Asia timur, manusia berevolusi menjadi Homo
Erectus yang berarti “Manusia Tegak”. Spesies Homo Erectus bahkan mampu bertahan selama 2 juta tahun sebelum kepunahannya. Jelas mereka tak dapat dibandingkan
dengan Sapiens yang baru eksis
di bumi sekitar 200.000-150.000 tahun lalu.
Revolusi Kognitif
Jejak kemunculan Homo Sapiens dapat di telusuri dari Afrika timur. Mereka
berkumpul dan hidup dalam kelompok kecil. Kehidupan mereka sederhana: orang
dewasa sibuk mencari makanan, sedangkan anak-anak mereka berlarian dan bermain
Bersama, di tempat lainnya ada pejantan yang berusaha memikat wanita pujaannya.
Itu semua adalah pemandangan biasa yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari Homo sapiens kala itu. Namun begitu juga sekumpulan gajah, begitu pula kawanan
monyet. Sapiens kala itu tak jauh beda dengan binatang-binatang lainnya dalam
ekosistem itu. Sapiens tidak memiliki dampak yang signifikan di dalamnya. Mereka
berada di tengah rantai makanan, mereka hanya bisa mengumpulkan makanan dari
tanaman di sekitarnya dan sesekali berburu binatang kecil. Nyawa mereka pun seringkali terancam oleh predator yang berada di puncak
rantai makanan. Begitulah kehidupan sapiens masa itu. Mereka tidak
memiliki dampak besar pada lingkungannya, kedudukan mereka tak lebih spesial
dari binatang-binatang lain yang hidup dalam lingkungan yang sama. Homo sapiens pun tak lebih spesial dari spesies manusia lain. Homo Neanderthal dengan tubuh yang besar dan otot
kekarnya akan dengan mudah meremukkan tubuh rapuh Homo Sapiens.
Namun keadaan itu berubah pada 70
ribu tahun lalu. Terjadi suatu peristiwa yang dinamakan revolusi
kognitif. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti namun hal itu menyebabkan
homo sapien menjadi memiliki kemampuan lebih dalam berkomunikasi. Sapiens dapat berkomunikasi dengan menggunakan
Bahasa yang luwes dan fleksibel. Bahasa yang digunakan oleh sapiens dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi yang terperinci. Seorang sapiens masa itu bisa
menyampaikan informasi dengan
jelas. Misalnya menyampaikan informasi seperti: pada pagi hari dia melihat singa sedang di dekat sungai
sambil menjelaskan rute-rute yang dilaluinya. Informasi ini kemudian dapat
digunakan untuk mempertahankan diri maupun melakukan penyerangan.
Sebenarnya tak hanya sapiens yang dapat berkomunikasi. Binatang
lain juga dapat
berkomunikasi. Sekelompok peneliti sudah melakukan percobaan pada kera. Suara-suara tertentu (suara kera yang sudah direkam sebelumnya)
menghasilkan reaksi yang berbeda. Saat satu suara diperdengarkan, gerombolan kera yang diuji
kemudian berlarian ke atas pohon
seolah-olah seekor singa akan menyerang. Sedangkan saat suara lain
diperdengarkan,
rombongan kera tersebut
langsung mengamati
langit seolah-olah ada elang yang sedang mengintai mereka. Namun tentu bahasa kera itu sangat kaku dan hanya dapat menyampaikan informasi secara terbatas. Mereka tidak
dapat menyampaikan informasi yang kompleks layaknya bahasa yang digunakan sapiens. Dengan
kemampuanya dalam berkomunikasi dan menjalin kerja sama, sapiens secara
perlahan mulai memiliki pengaruh dalam lingkungannya dan merangkak ke puncak rantai makanan.
Seiring berjalannya waktu, jumlah populasi
sapiens terus bertambah
dan mulai menyebar ke luar dari benua Afrika. Mereka melakakuan perjalanan dan menyebar
menuju Eropa, Asia, Amerika, dan Australia. Lalu apa yang terjadi dengan spesies manusia lain yang lebih
dulu tinggal di wilayah tujuan
Sapiens? Ada beberapa kemungkinan, pertama mungkin saja terjadi kawin
silang antara sapiens dengan
spesies manusia lain seperti Neandertal dan Erectus. Namun, hal itu sangat sulit terjadi, karena perkawinan beda spesies akan menghasilkan keturunan yang mandul.
Tapi kenyataannya, dalam
beberapa kasus yang sangat
langka, perkawinan silang
antar dua spesies manusia yang berbeda dapat menghasilkan keturunan yang subur. Hal itu
dibuktikan dengan hasil sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa 4% DNA yang
dimilki oleh orang Eropa modern merupakan DNA yang berasal dari Homo Neandertal.
Kemungkinan kedua, spesies manusia yang sudah
lebih dulu ada seperti Homo
Neanderthal, tak dapat bersaing dengan sapiens dalam mengumpulkan makanan. Sapiens
dengan kemampuan kolektifnya mampu mengumpulkan makanan secara efektif sehingga
hanya menyisakan sedikit makanan untuk Neanderthal. Hal ini berakibat pada kepunahan spesies mereka.
Kemungkinan paling buruk, mungkin saja
terjadi pertikaian hebat antara sapien dengan spesies manusia lainnya. Sapiens yang lebih cerdik memenangkan
pertarungan dan membantai habis musuhnya
sampai tak bersisa.
Revolusi Agrikultur
Butuh waktu yang lama bagi
sapiens untuk mencapai level ini. Revolusi agrikultur diperkirakan terjadi pada
12.000 tahun yang lalu. Saat itu sapiens masih terus bergerak dan hidup nomaden dalam suatu wilayah yang
luas. Mereka melakukan perjalanan secara berkala dalam area tersebut. Mereka berburu dan mengumpulkan
makanan untuk bertahan hidup. Saat sumber daya alam habis, mereka pindah ke
tempat lain yang memiliki sumber daya lebih banyak.
Saat dalam perjalanan, mereka secara tak sengaja
menjatuhkan biji-bijian
yang dibawa sebagai bekal. Kemudian di lain waktu saat mereka kembali ke wilayah
tersebut, mereka mendapati bahwa biji-bijian yang mereka jatuhkan sebelumnya
tumbuh. Akhirnya mereka tahu bahwa mereka
bisa menumbuhkan tanaman sendiri.
Lambat laun mereka mulai memilih
untuk menetap dengan mendapatkan suplai makanan dari tanaman yang mereka rawat sendiri. Pada masa
revolusi agrikultur inilah
manusia mulai mendomestikasi hewan lain sebagai bahan makanan. Mereka mulai
mendomestikasi domba, kambing, babi, dan ayam. Pada awalnya hewan ini tidaklah
jinak seperti sekarang. Hewan-hewan itu awalnya sangat agresif sehingga sulit
dipelihara. Sebagai solusinya, Sapiens kemudian membunuh peliharaan yang
agresif dan hanya akan memelihara yang jinak. Akibatnya keturunan yang dihasilkan oleh
hewan peliharaan tersebut kehilangan gen agresif dan menjadi jinak seperti sekarang.
Populasi Sapiens pada masa ini meningkat drastis.
Sebelum revolusi agrikultur,
sulit bagi sapiens untuk memiliki banyak keturunan. Mereka hidup berpindah-pindah
sehingga kesulitan untuk membesarkan anak. Namun keadaan berubah setelah terjadinya revolusi
agrikultur, saat
sapiens mulai hidup
menetap. Orang
tua bisa dengan mudahnya
mengurus banyak anak
sekaligus.
Tapi apakah kehidupan sapiens pada masa revolusi agrikultur lebih baik dari masa revolusi kognitif? Tidak juga. Malahan dari fosil yang ditemukan, lebih banyak sapiens yang meninggal karena kekurangan nutrisi pada masa revolusi agrikultur apabila dibandingkan dengan masa revolusi kognitif. Penyebabnya adalah karena mereka terlalu bergantung pada hasil pertanian yang ditanamnya. Apabila terjadi gagal panen pada tanaman pokok mereka, maka akan terjadi kelaparan. Selain itu, karena hanya memakan beberapa jenis makanan pokok, mereka menjadi kekurangan zat gizi tertentu.
Pada saat hidup nomaden, jarang sekali terjadi kelaparan. Sapiens mengumpulkan berbagai jenis makanan yang mereka temukan di alam sekitar.
Apabila mereka menemukan pohon
dengan buah yang matang maka mereka akan memakannya saat itu juga. Apabila mereka
menemukan kacang-kacangan mereka akan memakannya. Dengan jenis makanan yang
beragam itu, mereka menjadi lebih sehat karena nutrisi yang didapatkan lebih
lengkap. Pola makan yang sangat fleksibel ini membuat mereka memiliki banyak pilihan jenis makanan. Jika terjadi bencana
yang berdampak pada suplai makanan, mereka hanya tinggal berpindah ke tempat
lain seperti yang biasa mereka lakukan.
Namun kesuksesan suatu spesies bukan diukur
atas kehidupannya yang lebih baik atau lebih buruk. Kesuksesan dari suatu
spesies dihitung atas jumlah DNA yang berhasil digandakannya. Dan memang, pada
masa revolusi agrikultur sapiens berhasil melipatgandakan jumlahnya walaupun
hidup dalam kondisi yang tak lebih baik dari pada masa sebelum terjadinya
revolusi agrikultur.
Revolusi saintifik
Berbagai teknologi yang tak
terbayangkan sebelumnya telah tercipta dan menjadi hal yang tak terpisahkan
dari kehidupan kita saat ini. Mungkin nenek moyang kita tak pernah membayangkan
bahwa keturunannya kelak akan menerbangkan burung-burung besi yang melaju
melintasi benua, menginjakkan kaki di bulan, membelah atom, dan menguak rahasia
dibalik genetika. Semua pencapaian itu didapatkan melalui revolusi saintifik
yang mulai diawali pada abad ke-15 dan terus berkembang sampai saat ini
dan telah menghasilkan pengetahuan serta teknologi yang tidak ada habisnya. Teknologi saat ini berkembang
semakin pesat. Perkembangan itu menghasilkan perubahan yang terus menerus terjadi tiada hentinya. Adapun hal yang tidak berubah hanyalah
perubahan itu sendiri.
Coba bayangkan orang dari abad ke-11 tertidur dan tiba-tiba terbangun 500
tahun kemudian menuju abad ke-16.
Memang banyak hal yang berubah,
namun secara garis besar kehidupan orang-orang pada masa itu masih sama dengan
abad ke-11. Kemungkinan besar, orang dari abad ke-11 ini masih akan mengenal daerahnya sendiri walaupun
sudah 500 tahun berlalu.
Namun apabila seorang dari abad
ke-16 maju 500 tahun ke
masa sekarang, menuju
abad ke-21, dia akan sangat kaget dan tak dapat mencerna apa yang dilihatnya.
Dia akan kaget melihat
kereta-kereta besi yang berjalan cepat tanpa ada binatang yang menggerakkannya.
Dia akan melihat burung-burung
besi terbang sangat cepat menembus awan. Gedung-gedung yang menjulang tinggi, berdiri kokoh dihadapannya. Daerah
yang sebelumnya dia
kenal sudah tak ada lagi. Semuanya telah digantikan digantikan dengan
hutan beton yang mencakar
langit. Revolusi
Saintifik memang yang baru terjadi 500 tahun lalu, namun dampak yang
diberikannya sangat radikal.
Kenapa revolusi saintifik bisa terjadi? Faktor
utama pendorong revolusi saintifik adalah pengakuan bahwa kita tidak tahu apa
pun. Untuk itu kita perlu mencari tahu dengan melakukan pengamatan dan
pembuktian melalui percobaan. Atas dasar inilah revolusi saintifik terjadi.
Post a Comment for "Ringkasan Buku Sapiens: A Brief History of Humankind - Yuval Noah Harari"