Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sinopsis Freedom Writers (2007): Perjuangan Seorang Guru

Freedom Writers ini merupakan sebuah film yang mengambil tema tentang pendidikan dan dirilis pada tahun 2007. Freedom Writers mengisahkan tentang perjuangan seorang guru dalam mendidik murid di sebuah sekolah menengah di Long Beach, Amerika Serikat.


Pekerjaannya sangat sulit karena murid-muridnya merupakan anak-anak yang hidup di dalam peperangan antar geng, hal itu sampai terbawa ke sekolah. Muridnya hanya mau duduk dengan teman-teman se-gengnya, sehingga suasana perpecahan sangat terasa. Keributan kecil saja bisa membuat keadaan menjadi ricuh.

Sinopsis:

Cerita dalam film ini berlangsung antara tahun 1992 sampai 1995. Film dimulai dengan berita kerusuhan antar geng di Los Angeles pada tahun 1992. Erin Gruwell adalah seorang guru baru yang idealis, dia akan mengajar di Wilson High School, Long Beach. Sekolah ini awalnya merupakan sekolah unggulan, namun karena semacam program "integrasi", pemerintah membuat Wilson High School menjadi tempat bagi anak-anak berandal yang sering keluar masuk penjara.

Pada awalnya Erin sangat antusias dengan hari pertamanya mengajar. Saat para siswa masuk, ternyata sangat jauh dari bayangan Erin. Siswanya sangat rasis, mereka hanya mau duduk dengan kelompok gengnya saja. Mereka sering bertengkar satu sama lain dan berbuat onar di kelas. Erin sampai berkali-kali terpaksa memanggil pihak keamanan sekolah untuk menertibkan keadaan dalam kelas.



Selain bermasalah dengan muridnya, Erin juga tidak mendapatkan dukungan maksimal dalam mengajar. Kepala sekolah bahkan tidak mau meminjamkan buku perpustakaan kepada murid di kelas Erin, karena biasanya buku itu akan dirusak, robek, dicoret, dan dihilangkan oleh mereka. Kepala sekolah malah menyuruh Erin untuk mengajarkan mereka disiplin dan sopan santun daripada mengajarkan mata pelajaran. Menurut kepala sekolah murid-murid itu sudah tidak bisa diajar.

Pada saat mengajar di kelas, Erin menemukan sebuah gambar yang rasis dari muridnya, lalu dia mencoba menasehati muridnya dengan menjelaskan tentang holocaust. Ternyata dari seluruh murid di kelas hanya satu orang yang tahu apa itu holocaust.

Untuk mendekatkan diri dengan muridnya, Erin memberikan masing-masing sebuah buku kosong yang harus diisi setiap hari tentang apa pun, yang penting harus diisi. Muridnya ternyata menuliskan berbagai pengalaman menyedihkan, ada yang harus melihat temannya tewas di depan mata, yang hidup dalam KDRT, dan berbagai pengalaman mengerikan. Dari situ Erin mulai paham kehidupan murid-muridnya yang kebanyakan terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan kekerasan dan pertikaian antar geng.

Erin benar-benar niat dan totalitas sekali dalam mengajar muridnya, dia bahkan bekerja sambilan demi membelikan buku bagi murid-muridnya. Tidak cukup dengan satu pekerjaan sambilan, Erin bahkan mengambil dua kerja sambilan sekaligus untuk mengajak muridnya study tour ke museum holocaust. Selain itu Erin juga mengundang langsung korban holocaust untuk menceritakan pengalaman mereka pada para murid.

Setelah itu Erin mulai dekat dan disukai oleh muridnya. Murid-muridnya juga mulai memahami bahwa dunia tidak hanya urusan antar geng saja, banyak hal lain yang bisa dilakukan.

Pada tahun berikutnya, Erin kembali mengajar di kelas itu. Dalam kelas itu Erin memberikan pelajaran mengenai sebuah buku berjudul "The Diary of Anne Frank", rupanya semua murid di kelas sangat antusias, Erine lalu memberikan tugas untuk membuat surat kepada penulis buku itu, Miep Gies. Namun mereka ternyata ingin mendengar secara langsung pengalaman Miep Gies. Erine langsung menolaknya karena itu akan memakan banyak sekali biaya. Tapi muridnya tak menyerah, mereka berencana untuk mengumpulkan dana bersama-sama demi mengundang Miep Gies. Mereka mengadakan festival makanan, lomba dance, dan semacam konser untuk menggalang dana.


Miep Gies akhirnya benar-benar datang, dia menceritakan pengalamannya saat menyembunyikan Anne Frank, dia juga menceritakan bagaimana satu persatu anggota keluarganya menghilang. Miep Gies rupanya juga membaca semua surat-surat yang dikirimkan anak-anak.

Untuk tugas akhir, Erin menugaskan muridnya untuk membukukan diary yang sudah mereka buat. Lalu dia menamai buku itu "The Freedom Writers Diary".

Namun karena totalitasnya untuk mengajar, Erin malah tidak punya waktu di rumah dan suaminya merasa diabaikan. Suaminya tak tahan dengan itu, lalu memutuskan untuk bercerai.

Masalah lain juga datang, Erin tidak bisa mengajar murid-muridnya di kelas 3 dikarenakan dia hanyalah guru baru yang belum genap mengajar 2 tahun. Dia berusaha untuk mendiskusikan hal itu dengan para guru dan kepala sekolah tapi mereka semua menolaknya, Erin malah dinilai tidak menghargai guru senior.

Erin mencoba cara lain, dia mencoba membawa masalah ini ke dewan pendidikan kota. Para anggota dewan rupanya sudah membaca buku The Freedom Writers Diary yang ditulis murid Erin, dan memutuskan Erin bisa mengajar murid-muridnya di kelas 3. Diakhir film dijelaskan Erin bahkan sampai mengajar di Universitas untuk mengikuti muridnya.

Film Freedom Writers ini diangkat berdasarkan kisah nyata dan bukunya memang sendiri benar-benar ada. Selain itu, yang menarik adalah korban holocaust yang tampil dalam film ini benar-benar korban sebenarnya, bukan aktor, karena itu pada saat korban holocaust menjelaskan pengalamannya, murid-murid itu benar-benar mendengarkan dengan antusias, bukan karena akting belaka.

Informasi Tambahan

Sutradara: Richard LaGravenese
Naskah: Richard LaGravenese (skenario), Freedom Writers (buku)
Pemeran utama: Hilary Swank, Imelda Staunton, Patrick Dempsey
Negara: Jerman, Amerika Serikat
Bahasa: Inggris
Tanggal rilis: 5 Januari 2007 (Amerika Serikat)
Durasi: 2 jam 3 menit
Genre: Biography, Crime, Drama
IMDB rating: 7,5/10
Info lebih lanjut: IMDB - Freedom Writers

Post a Comment for "Sinopsis Freedom Writers (2007): Perjuangan Seorang Guru"