Apa Itu Farmers League dan Feeder Club dalam Sepakbola
Kalau kamu sering main di akun sosial media semacam troll football atau akun sepakbola berbahasa inggris mungkin kamu pernah atau bahkan sering melihat dan menemukan istilah "farmers league" atau dalam bahasa Indonesianya berarti "liga petani".
Biasanya istilah farmers league ini sering dipakai untuk menyebut liga Perancis, Ligue 1. Kamu bakal sering melihat istilah farmers league ini setelah kemenangan mudah Paris Saint-Germain di Ligue 1. PSG dengan mudahnya merengkuh gelar juara dan mendominasi liga Perancis secara berturut-turut dalam beberapa tahun belakangan ini.
Tapi kenapa Liga Perancis atau Ligue 1 disebut sebagai "farmers league" atau "liga petani"?
Biasanya istilah farmers league ini sering dipakai untuk menyebut liga Perancis, Ligue 1. Kamu bakal sering melihat istilah farmers league ini setelah kemenangan mudah Paris Saint-Germain di Ligue 1. PSG dengan mudahnya merengkuh gelar juara dan mendominasi liga Perancis secara berturut-turut dalam beberapa tahun belakangan ini.
Tapi kenapa Liga Perancis atau Ligue 1 disebut sebagai "farmers league" atau "liga petani"?
Kenapa Ligue 1 disebut "Farmers League"?
Dalam sepakbola Eropa, terdapat lima liga teratas atau istilahnya "top five leagues" yang terdiri dari Premier League (Inggris), La Liga (Spanyol), Bundesliga (Jerman), Serie A (Italia), dan Ligue 1 (Perancis). Dari lima liga top Eropa itu, para pecinta bola mengatakan kalau Ligue 1 adalah "farmers League". Hal itu disebabkan karena dari lima liga top Eropa, Ligue 1 adalah kompetisi yang berada di urutan terakhir sehingga tidak begitu "Elit" jika dibandingkan empat liga lainnya, walaupun sebenarnya Ligue 1 terus berkembang dengan keberadaan pemain-pemain bintang seperti Kylian Mbappe, Neymar, dan Edinson Cavani.
Istilah "farmers league" ini digunakan untuk menyebut Ligue 1 oleh fans dari liga lain (biasanya sih fans Premier League) yang muncul karena adanya saling ejek di media sosial. Mereka melontarkan troll atau candaan seolah-olah Ligue 1 diisi oleh orang-orang yang sebenarnya bertani di siang hari dan bermain bola pada malam harinya. Jadi kira-kira seperti sebuah sindiran untuk Ligue 1 yang diisi oleh pemain-pemain yang level skillnya tidak sebaik pemain dari lima liga top eropa lainnya.
"Farmers League" juga digunakan untuk menggambarkan jarak antara pemuncak klasmen Ligue 1 dengan tim lainnya, dimana Ligue 1 biasanya hanya didominasi oleh satu klub. Beberapa tahun belakangan ini PSG lah yang mendominasi Ligue 1, dan sudah jelas dalam periode ini liga Perancis hanya akan didominasi oleh satu klub.
Pada akhir 1980-an, Marseille adalah klub yang menguasai liga Perancis dengan merengkuh lima gelar juara beruntun, dan Lyon mengikutinya setelah itu dengan pola serupa saat mereka memenangkan tujuh gelar juara Ligue 1 pada era 2000-an.
Sejak musim 2012-2013, PSG mulai menjadi menjelma menjadi klub selanjutnya yang mendominasi Liga Perancis. Sejak saat itu PSG hampir selalu merengkuh gelar juara, hanya pada musim 2016-2017 saja mereka sempat terpeleset, dimana pada saat itu Monaco sedang dalam performa puncak. PSG sepertinya akan terus mendominasi Liga Perancis dalam beberapa waktu kedepan dengan kekuatan finansial dan para pemain muda berbakat mereka. Pada bulan April 2019 ini saja jarak PSG dari peringkat kedua klasmen sementara sudah 17 poin, mustahil rasanya untuk bisa disalip.
Istilah "farmers league" ini juga muncul karena Ligue 1 sering kali hanya menjadi batu loncatan bagi pemain untuk mencapai liga lain yang lebih "kompetitif" seperti misalnya premier league, sehingga karena hal itu muncul pula istilah "feeder league" bagi Ligue 1. Contoh saja Eden Hazard yang meninggalkan Lille pada tahun 2012 demi bergabung dengan Chelsea, Riyad Mahrez dan N'Golo Kante yang pergi untuk bergabung dengan Leicester, Anthony Martial yang meninggalkan Monaco pada tahun 2015 untuk bergabung dengan Manchester United, dan Alexandre Lacazette yang meninggalkan Lyon pada tahun 2017 untuk bergabung dengan Arsenal.
Baru-baru ini, PSG dan Monaco berinvestasi untuk membuat Ligue 1 menjadi lebih "atraktif" dan menarik bagi pemain-pemain muda berbakat dari seluruh dunia dengan mengembangkan akademi berkualitas, demi meningkatkan status Ligue 1 sebagai sebuah liga elit.
Namun begitu, tetap saja dominasi sebuah klub dalam liga menjadi penguat istilah itu. Ditambah lagi fakta bahwa performa PSG di liga champion bisa dibilang "under-performed" semakin mendukung argumen farmers league. Walaupun mereka mendominasi liga, bahkan jarak dari peringkat kedua bisa sampai dua digit, tapi capaian terbaik mereka di liga champions hanyalah perempat final dan selalu gagal di babak 16 besar tiga kali berturut-turut sejak tahun 2017 sampai 2019.
Bahkan setelah memecahkan rekor transfer saat memboyong Neymar dari Barcelona pada tahun 2018, PSG tetap saja terhenti dibabak 16 besar seperti sebelum-sebelumnya, pertama digagalkan oleh Real Madrid dan kemudian oleh Manchester United.
Bulan Maret 2019 pun tercatat untuk pertama kalinya sejak 2011 dimana tidak ada satu pun kesebelasan Perancis yang berhasil lolos ke babak delapan besar baik liga Europa atau liga Champions.
Apa contoh lain dari klub atau liga "feeder"?
Ligue 1 bukanlah satu-satunya yang disebut sebagai "feeder league" dalam sepakbola. Istilah "feeder" juga digunakan dalam hal lain, misalnya ada pula istilah "feeder club". Istilah feeder club ini digunakan bagi sebuah klub kecil yang difungsikan sebagai sarana pengembangan pemain muda dari klub lainnya yang lebih besar. Selain itu biasanya feeder club ini juga berguna sebagai sarana meraup keuntungan komersial serta mengakali peraturan liga Inggris yang cukup ketat dimana pemain minimal harus memiliki 30% menit bermain di liga top Eropa. Contoh dari feeder club yaitu New York City FC yang bekerja sama dengan Manchester City, Vitesse yang bekerja sama dengan Chelsea, dan banyak contoh lainnya.
Namun ada pula klub yang sering menjual pemain bintangnya kepada klub tertentu, seolah-olah menjadi feeder club tertentu, sehingga muncul pula sebutan "feeder tak resmi" bagi tim itu. Dalam Premier League sendiri, terdapat beberapa klub yang sering menjual pemain terbaiknya kepada tim tertentu. Ide dari "feeder club" adalah sebagai tempat bagi pemain untuk tumbuh dan berkembang, lalu dijual pada saat si pemain berada pada performa puncak demi mendapatkan uang. Sebagai contoh, Southampton memiliki reputasi sebagai feeder club "tidak resmi" bagi Liverpool setelah setuju untuk menjual pemain-pemain terbaik mereka seperti Virgil van Dijk, Sadio Mane, Nathaniel Clyne, Dejan Lovren dan Adam Lallana kepada the Reds dalam beberapa musim terakhir.
Ada pula periode dimana Arsenal seolah-olah menjadi feeder club bagi Manchester City dan Barcelona. Mundur ke akhir era 2000-an, mereka menjual Thierry Henry, Emmanuel Petit, Marc Overmars, Alexander Hleb, Cesc Fabregas dan Alex Song kepada raksasa Catalan. Pada awal era 2010-an, pemain seperti Kolo Toure, Emmanuel Adebayor, Samir Nasri, Gael Clichy dan Bacary Sagna berlabuh ke Etihad.
Beralih ke Bundesliga, Bayern juga dikenal sering mencomot pemain bintang dan berbakat dari Borussia Dortmund. Ambil saja contohnya seperti Robert Lewandoswki, Mats Hummels dan yang terbaru Mario Gotze.
Post a Comment for "Apa Itu Farmers League dan Feeder Club dalam Sepakbola"